Minggu, 26 Agustus 2012

TBM Sebagai Solusi Sarana Belajar di Tengah Masyarakat

TBM Sebagai Solusi Sarana Belajar di Tengah Masyarakat
 
TBM (singkatan dari Taman Bacaan masyarakat) adalah perpustakaan umum yang berada di tingkat RW. TBM dapat diibaratkan sebagai bentuk sebuah perpustakaan mini (karena jumlah koleksi dan fasilitasnya yang lebih terbatas). TBM dihadirkan sebagai sarana ‘jemput bola’ kepada masyarakat. Karena letaknya di tengah pemukiman penduduk, maka diharapkan memudahkan masyarakat dalam mengakses dan memanfaatkan buku dan bahan pustaka lainnya yang disediakan di TBM. TBM bukanlah sarana komersil, karena TBM dihadirkan sebagai sarana belajar bagi masyarakat. Harapannya, TBM sebagai perpustakaan yang berada ditengah-tengah lingkungan masyarakat, selayaknya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.
Mengapa TBM yang merupakan perpustakaan berbasis RW tersebut diadakan? Hal ini tidak lain sebagai upaya untuk mendekatkan masyarakat pada fasilitas belajar. Di TBM, selain dapat membaca  dan meminjam buku yang disediakan, masyarakat dapat berinteraksi antar sesama pelaku membaca, hingga dapat bergabung dan membentuk sarana interaksi, seperti : komunitas membaca, sanggar belajar, lomba-lomba, diskusi buku dan lain-lain.
TBM memiliki beberapa keunggulan dalam menyediakan buku dan bahan pustaka kepada masyarakat dibandingkan perpustakaan. Manfaat menggunakan TBM antara lain :
-          Letak TBM dapat dengan mudah dijangkau, karena berada di dekat rumah penduduk.
-          Syarat peminjamannya tidak terlalu rumit / formil, dibandingkan dengan menjadi anggota perpustakaan umum milik pemerintah.
-          Keanggotaannya terbuka untuk umum. Siapa saja dapat mengakses dan menggunakan fasilitas di TBM. Dibandingkan dengan keanggotaan terbatas dalam penggunaan perpustakaan sekolah, pepustakaan universitas, dan perpustakaan kantor.
-          Suasananya santai dan nonformil. Suasana yang ditemui di TBM dan perpustakaan terasa berbeda. Perpustakaan umum milik pemerintah, perpustakaan sekolah, perpustakaan universitas atau pun pepustakaan kantor bernuansa cenderung formil. Sedangkan di TBM - sebagai perpustakaan yang dikelola masyarakat dan diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri – biasanya bernuansa santai dan nonformil. Karena anatara pemustaka dan pengelola TBM saling kenal, maka obrolan yang terjadi terjalin akrab dan santai. Datang ke TBM pun tidak harus berpakaian rapi, memakai kaos, bercelana pendek, dan memakai sandal jepit pun jadilah. [arien]

Penulis : Arien Bianingrum. http://tbmjovicyonline.blogspot.com







 d